Kamis, 21 April 2011

Pemanfaatan Lahan oleh Manusia


BAB I
PENDAHULUAN

Pembukaan lahan yang tidak menggunakan prinsip dapat mengakibatkan banyak hal negatif, tidak hanya dalam hal pembukaannya tetapi juga pada penggunaan dan pengelolaannya. Pembukaan secara besar-besaran antara lain menggunakan alat-alat berat dapat menimbulkan pencemaran suara. Tidak hanya itu, keterlambatan penanaman lahan yang telah dibuka juga banyak menimbulkan erosi pada saat musim hujan. Sehingga banyak kemungkinan perairan menjadi keruh dan pada gilirannya mengakibatkan gangguan terhadap kehidupan perairan misalnya turunnya produksi perikanan.sedangkan erosi yang terus menerus  dan berlebihan mengakibatkan sedimentasi.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat orang lupa akan kelestarian lingkungannya, namun seiring dengan itu usaha-usaha perbaikan lingkungan  pun  juga gencar dilaksanakan. Dalam tugas terstruktur ini akan dibahas tentang pembukaan lahan.








BAB II
PEMBAHASAN

A.     Pengenalan Lahan
Usaha untuk menaikkan daya tahan lingkungan  dengan menambah luas lahan yang digunakan untuk pertanian merupakan  reaksi terhadap kenaikan kepdatan penduduk. Reaksi tersebut merupakan akibat dari  tekanan  penduduk.
Tekanan penduduk terhadap lahan semakin  diperbesar oleh bertambah sempitnya lahan pertanian karena digunakan  untuk kepentingan  lain, misalnya  permukiman ,jalan dan pabrik. Kerusakan  hutan membawa banyak akibat. Hutan mempunyai fungsi perlindungan terhadap tanah. Tetesan air hujan dengan energinya memukul permukaan tanah, mengakibatkan mengelupasnya butir-butir tanah. Proses ini disebut dengan erosi percikkan (splash erosion).
Lahan adalah merupakan lingkungan fisis dan biotik yang berkaitan dengan daya dukungnya terhadap perikehidupan dan kesejahteraan hidup manusia. Lingkungan fisis meliputi relief (topografi), iklim, tanah, dan air. Sedangkan lingkungan biotik meliputi hewan, tumbuhan, dan manusia. Jadi kesimpulannya, pengertian lahan lebih luas dari tanah.

Lahan Potensial adalah lahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Dalam arti sempit lahan potensial selalu dikaitkan dengan produksi pertanian, yaitu lahan yang dapat memberikan hasil pertanian yang tinggi walaupun dengan biaya pengelolaan yang rendah. Tetapi dalam arti luas, lahan potensial dikaitkan dengan fungsinya bagi kehidupan manusia, yaitu lahan yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehingga potensial tidaknya suatu lahan diukur sampai sejauh mana lahan tersebut memberikan manfaat secara optimal bagi kehidupan manusia. Sebagai contoh, suatu lahan tidak potensial untuk lahan pertanian tetati potensial untuk permukiman, pariwisata, atau kegiatan lainnya.

a. Ciri-ciri Lahan Potensial Untuk Pertanian
1) Tingkat Kesuburan Tinggi
Lahan yang subur adalah lahan dengan tanah yang banyak mengandung mineral untuk kebutuhan hidup tanaman. Hal ini sangat tergantung pada jenis tanaman yang diusahakan. Untuk tanaman biji-bijian banyak membutuhkan mineral posfor, untuk tanaman sayuran membutuhkan mineral zat lemas (N2), dan tanaman umbiumbian membutuhkan mineral alkali.
Jadi agar lahan dapat berproduksi secara optimal harus disesuaikan, antara
jenis mineral yang dikandung lahan dengan jenis tanaman yang akan diusahakan.
2) Memiliki Sifat Fisis yang Baik
Lahan yang memiliki sifat fisis baik adalah lahan yang daya serap air dan sirkulasi udara di dalam tanahnya cukup baik. Sifat fisis ini ditunjukkan oleh tekstur dan struktur tanahnya.
Tekstur tanah adalah sifat fisis tanah yang berkaitan dengan ukuran partikel pembentuk tanah. Partikel utama pembentuk tanah adalah pasir, lanau (debu), dan lempung (tanah liat).
Tekstur tanah berpengaruh terhadap daya serap dan daya tampung air. Tanah lempung teksturnya sangat halus, mudah menampung air tetapi daya serapnya kecil. Sebaliknya tanah pasir mudah menyerap air, tetapi sukar menampungnya.
Tekstur tanah yang ideal untuk pertanian adalah geluh, yaitu tanah yang lekat. Tekstur tanah geluh terdiri dari dua macam tanah, yaitu tanah lanau (20% lempung, 30 - 50% lanau dan 30 - 50% pasir) dan tanah lanau berpasir (20 - 50% lanau/lempung, 50 - 80% pasir).
Struktur tanah adalah sifat fisis tanah yang dikaitkan dengan cara partikel-partikel tanah berkelompok. Struktur tanah ini berpengaruh terhadap pengaliran air dan sirkulasi udara di dalam tanah.
3) Belum Terjadi Erosi
Terjadinya erosi pada suatu lahan akan menyebabkan berubahnya lahan potensial menjadi lahan kritis. Lahan yang telah mengalami erosi, tingkat kesuburannya berkurang, sehingga kurang baik untuk pertumbuhan tanaman. Erosi mengakibatkan lahan tanah yang paling atas terkelupas. Sisanya tinggal tanah yang tandus, bahkan sering merupakan batuan yang keras (padas). Proses erosi yang kuat sering dijumpai di daerah pantai, akibat abrasi (pengikisan oleh gelombang laut) dan di daerah pegunungan dengan lereng terjal serta miskin tumbuhan. Erosi di pegunungan akibat adanya longsor dan soil creep (tanah merayap).

b. Ciri-ciri Lahan Kritis Untuk Pertanian
1) Tidak Subur
Lahan tidak subur adalah lahan yang sedikit mengandung mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Umumnya lahan tidak subur terdapat di daerah yang resiko ancamannya besar (ancaman erosi dan banjir).
2) Miskin Humus
Lahan yang miskin humus umumnya kurang baik untuk dijadikan lahan pertanian, karena tanahnya kurang subur. Tanah Humus adalah tanah yang telah bercampur dengan daun dan ranting pohon yang telah membusuk. Tanah humus dapat dijumpai di daerah yang tumbuhannya lebat, contohnya hutan primer. Sedangkan lahan yang miskin humus adalah lahan yang terdapat di daerah yang miskin atau jarang tumbuhan, contohnya kawasan pegunungan yang hutannya rusak.

B. Sumber Degradasi Lahan
Degradasi adalah perubahan yang mengarah kepada kerusakan di muka bumi. Degradasi di sini artinya  penurunan kualitas maupun  perusakan lahan.
Penebangan hutan yang semena-mena merupakan degradasi lahan. Selain itu tidak terkendali dan tidak terencananya penebangan  hutan secara baik merupakan bahaya ekologis yang paling besar. Kerusakan lahan atau tanah akan berpengaruh terhadap habitat semua  makhluk hidup yang ada di dalamnya  dan kerusakan habitat sangat berpengaruh terhadap kelangsungan makhluk hidup yang disangganya. Ada beberapa faktor penyebab terjadinya degradasi yaitu:
  • Erosi
  • Pestisida
  • Bahan radioaktif
  • Pupuk kimia
  • Deterjen
  • Sampah organik (terutama dari daerah perkotaan)
  • Wabah dan penyakit (baik bagi manusia, hewan maupun tumbuhan) dan   penyebaran organisme yang menyebabkan infeksi
  • Limbah industri anorganik (berbentuk  gas, cair dan  padat)
  • Semakin menurunnya tingkat kesuburan tanah/ lahan untuk budidaya pertanian  karena siklus pemanfaatan lahan  yang terlalu intensif tanpa upaya penyuburan kembali (refertilization)
  • Semakin banyaknya areal semak-semak belukar dan tanah gundul bekas penebangan hutan ilegal dan peladangan bakar yang tidak dihijaukan kembali
  • Semakin banyaknya lubang-lubang bekas galian mineral tambang/ bekas galian tanah  untuk pembuatan bata dan genting  yang dibiarkan tanpa upaya reklamasi.

C.    Dampak Kerusakan Lahan/ Tanah
Kerusakan lahan atau tanah dapat menyebabkan berbagai dampak antara lain terjadinya erosi dan sedimentasi serta masih banyak hal yang ditimbulkan.
Erosi mempunyai beberapa akibat buruk. Penurunan kesuburan tanah. Kedua menurunnya produksi sehingga akan mengurangi pendapatan petani. Erosi tanah dapat terjadi akibat adanya curah hujan yang tinggi, vegetasi penutup lahan yang kurang. Kemiringan lereng dan tata guna lahan  yang kurang tepat. Pendangkalan sungai untuk mengalirkan juga berkurang dan menyebabkan bahaya banjir. Pendangkalan saluran pengairan mengakibatkan naiknya dasar saluran, mengurangi luas lahan pertanian yang mendapat aliran irigasi.
Kerusakan  sumber daya air selain  banjir  dan erosi adalah kekeringan  dan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Kerusakan sumber daya tanah dan air merupakan masalah yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini karena sebagai sumber daya alam,tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Sebagai sumber unsur bagi tumbuhan dan sebagai media akar tumbuhan berjangkar dan tempat air tanah tersimpan. Erosi yang terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan sedimentasi. Sedimentasi adalah terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh Air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang kemudian diendapkan.

D.    Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah. Sebelum dilakukan remediasi hal yang perlu diketahui adalah:
  1. Jenis perusak atau pencemar (organik/ anorganik), terdegredasi/ tidak, berbahaya  atau tidak.
  2. Berapa banyak zat perusak/ pencemar yang telah merusak/ mencemari tanah tersebut.
  3. Perbandingan Karbon (C), Nitrogen (N), dan Fosfat (P)
  4. Jenis tanah
  5. Kondisi tanah (basa, kering)
  6. Telah berapa lama zat perusak terendapkan di lokasi tersebut.
Ada dua jenis remediasi tanah:
a)     In situ (on-site)
In situ adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
b)     Ex situ (off site)
Ex situ meliputi penggalian tanah  yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Dari daerah aman, tanah  tersebut dibersihkan dari zat pencemar, caranya:
v  tanah tersebut disimpan di bak/ tangki yang kedap
v  kemudian pembersih dipompakan ke bak/ tangki tersebut
v  selanjutnya zat perusak/ pencemar dipompakan keluar dari bak  yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

E.     Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan perusakan atau pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi  bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbondioksida dan air).
Empat teknik dasar yang biasanya digunakan dalam bioremediasi:
  1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrient, pengaturan kondisi redoks, optimasi PH, dan sebagainya.
  2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus.
  3. Penerapan immobilized enzymes.
  4. Penggunaan tanaman (phyroremediation)
Proses bioremediasi harus memperhatikan:
1.      temperatur tanah
2.      ketersediaan air
3.      nutrient (N,P,K)
4.      Perbandingan C:N kurang dari 30:1
5.      ketersediaan oksigen













BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pembukaan lahan secara besar-besaran dan menggunakan alat-alat berat menimbulkan pencemaran  suara.
Keterlambatan penanaman lahan menyebabkan erosi,sedangkan erosi terus menerus menyebabkan sedimentasi
Degradasi adalah penurunan kualitas maupun kerusakan lahan.
Dampak kerusakan lahan dapat menyebabkan berbagai akibat, misalnya erosi  dan sedimentasi.
Jenis remediasi ada dua yaitu in situ dan ex situ.

B.     Saran
Dalam pembukaan, penggunaan dan pengelolaan lahan hendaknya menggunakan prinsip konservasi.
Mencegah keterlambatan penanaman lahan kosong.
Proses pemulihan kerusakan tanah harus dilakukan mulai dari hal-hal yang kecil secara sistematis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar